More Than Words 
Rania Stella Handoyo kebalikan dari semua itu. Murid beasiswa, sederhana, berusaha bertahan hidup di Singapura dengan tiap lembar dolar yang dimilikinya.
Mereka menyimpan rasa untuk satu sama lain, namun tak berani mengungkapkannya. Ketika berhasil terucap pun, yang satu selalu menganggap yang lainnya tak bersungguh-sungguh.
Dikejar keterbatasan waktu, mampukah Marvel dan Rania memaknai cinta itu lebih dari sekadar kata-kata?
Tema ceritanya sebenernya favoritku banget, ala-ala ngayal babu lah, wakakak. Cuman, capek aja bacanya, kayak muter di situ aja konfliknya. Sebel sama karakter Rania, typical kriteria cewek ribet yang kemarin sempet viral. Sukanya nebar kode, begitu ditegasin malah mbulet maunya apa. Tertolong sama karakter Marvel, dan kalau mau cari metropop dengan sentuhan religi, boleh dicoba.
Ceritanya tentang Rania yang suka sama Marvel namun merasa minder dengan status ekonominya. well agak tersinetron apalagi saat Rania bertemu Mamanya Marvel pertama kali. Which is before we didn't know the truth. Di sini atmosfer agamanya terasa sekali yang justru berbanding terbalik sama Raina yang merupakan anak beasiswa tapi suasana kuliahnya minim sekali. Seolah-olah itu hanya status untuk membedakan Raina dan Marvel. Walaupun mungkin hal ini dikarenakan cuman Hope lah yang menyatukan Raina

Singapuraaa.. Agaiinnn.. Singapuraaa.. Kisah yang hampir sama seperti 2 novel sebelumnya, kegiatan yang sama juga, bikin saya menyerah karena bosan. Entahlah kalau dikasih cerita seperti ini lagi sepertinya saya benar2 angkat tangan. Untuk ceritanya sendiri sebenarnya lumayan, gk terlalu lebay dan berbelit-belit.Kisah cinta anak muda *ceileehh yang udah gua mah beda* antara Marvel dan Rania. Mereka bersahabat walau keduanya tahu hati mereka mengatakan lebih dr sekedar sahabat. Mereka saling
Ini bukan pertama kalinya aku membaca karya Stephanie Zen. Novel ini mengisahkan mengenai kehidupan Raina dan Marvel, dua orang yang tinggal dan bersekolah di Singapura. Namun, mereka sungguh berbeda dari latar belakang sosial. Jika Raina bisa bersekolah di Singapura karena beasiswanya, sedangkan Marvel adalah anak orang kaya.Namun, keduanya punya kesamaan, sama-sama kuat dalam agama yang mereka yakini. Mereka bergabung dalam sebuah pelayanan gereja yang bernama God's Love. Baik Raina dan Marvel
dibilang bagus gak juga, dibilang jelek juga terlalu kejam. awalnya sih gak ada niatan baca sama sekali, tapi akhirnya pinjem karna pengen aja update baca dari karya baru penulis yang karyanya pernah saya baca. yah, buat saya novel ini cukup aneh. oke, mungkin quotesnya menarik tapi untuk saya yang tidak mengikuti quotes dan bisa dibilang hanya menerima quotes yang masuk akal ya jelas saya akan bilang quotes nya malah bikin boring sekalipun saya akui ada beberapa yang dapat dilogika. kejanggalan
Quite surprised that I actually like this book. I love the quotes too!
Stephanie Zen
Mass Market Paperback | Pages: 224 pages Rating: 3.32 | 159 Users | 43 Reviews

Particularize Books In Pursuance Of More Than Words
Original Title: | More Than Words |
Edition Language: | Indonesian URL http://gramediapustakautama.com/buku-detail/88625/MetroPop:-More-Than-Words |
Description As Books More Than Words
Marvel Wongso punya segalanya. Muda, cerdas, anak orang kaya.Rania Stella Handoyo kebalikan dari semua itu. Murid beasiswa, sederhana, berusaha bertahan hidup di Singapura dengan tiap lembar dolar yang dimilikinya.
Mereka menyimpan rasa untuk satu sama lain, namun tak berani mengungkapkannya. Ketika berhasil terucap pun, yang satu selalu menganggap yang lainnya tak bersungguh-sungguh.
Dikejar keterbatasan waktu, mampukah Marvel dan Rania memaknai cinta itu lebih dari sekadar kata-kata?
Identify Epithetical Books More Than Words
Title | : | More Than Words |
Author | : | Stephanie Zen |
Book Format | : | Mass Market Paperback |
Book Edition | : | Special Edition |
Pages | : | Pages: 224 pages |
Published | : | March 5th 2015 by Gramedia Pustaka Utama |
Categories | : | Romance. Novels. Contemporary Romance. Fiction |
Rating Epithetical Books More Than Words
Ratings: 3.32 From 159 Users | 43 ReviewsCommentary Epithetical Books More Than Words
Chrom Stephanie Zen pertama yang saya baca. Padahal biasanya cuma baca tulisan teenlit beliau aja. Buku ini sangat mudah untuk dinikmati, cara penulisannya pun mengalir seperti tulisan Stephanie Zen yang biasanya. Sayangnya, buku ini cukup segmented, terlepas dari label Chrom-nya. (view spoiler)[Terutama pada panggilan Koko dan Cici. Entahlah, mungkin saya tidak biasa membaca buku yang banyak panggilan koko-cicinya, jadi merasa agak janggal. (hide spoiler)]Untuk kedua tokohnya sendiri, sayaTema ceritanya sebenernya favoritku banget, ala-ala ngayal babu lah, wakakak. Cuman, capek aja bacanya, kayak muter di situ aja konfliknya. Sebel sama karakter Rania, typical kriteria cewek ribet yang kemarin sempet viral. Sukanya nebar kode, begitu ditegasin malah mbulet maunya apa. Tertolong sama karakter Marvel, dan kalau mau cari metropop dengan sentuhan religi, boleh dicoba.
Ceritanya tentang Rania yang suka sama Marvel namun merasa minder dengan status ekonominya. well agak tersinetron apalagi saat Rania bertemu Mamanya Marvel pertama kali. Which is before we didn't know the truth. Di sini atmosfer agamanya terasa sekali yang justru berbanding terbalik sama Raina yang merupakan anak beasiswa tapi suasana kuliahnya minim sekali. Seolah-olah itu hanya status untuk membedakan Raina dan Marvel. Walaupun mungkin hal ini dikarenakan cuman Hope lah yang menyatukan Raina

Singapuraaa.. Agaiinnn.. Singapuraaa.. Kisah yang hampir sama seperti 2 novel sebelumnya, kegiatan yang sama juga, bikin saya menyerah karena bosan. Entahlah kalau dikasih cerita seperti ini lagi sepertinya saya benar2 angkat tangan. Untuk ceritanya sendiri sebenarnya lumayan, gk terlalu lebay dan berbelit-belit.Kisah cinta anak muda *ceileehh yang udah gua mah beda* antara Marvel dan Rania. Mereka bersahabat walau keduanya tahu hati mereka mengatakan lebih dr sekedar sahabat. Mereka saling
Ini bukan pertama kalinya aku membaca karya Stephanie Zen. Novel ini mengisahkan mengenai kehidupan Raina dan Marvel, dua orang yang tinggal dan bersekolah di Singapura. Namun, mereka sungguh berbeda dari latar belakang sosial. Jika Raina bisa bersekolah di Singapura karena beasiswanya, sedangkan Marvel adalah anak orang kaya.Namun, keduanya punya kesamaan, sama-sama kuat dalam agama yang mereka yakini. Mereka bergabung dalam sebuah pelayanan gereja yang bernama God's Love. Baik Raina dan Marvel
dibilang bagus gak juga, dibilang jelek juga terlalu kejam. awalnya sih gak ada niatan baca sama sekali, tapi akhirnya pinjem karna pengen aja update baca dari karya baru penulis yang karyanya pernah saya baca. yah, buat saya novel ini cukup aneh. oke, mungkin quotesnya menarik tapi untuk saya yang tidak mengikuti quotes dan bisa dibilang hanya menerima quotes yang masuk akal ya jelas saya akan bilang quotes nya malah bikin boring sekalipun saya akui ada beberapa yang dapat dilogika. kejanggalan
Quite surprised that I actually like this book. I love the quotes too!
0 Comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.